RESUME
BUKU I GDE WIDJA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Lokal
Dosen Pengampu : Pak
Suharso
Oleh :
Nama
: Prasetyo Dhoni (3101410073)
Nim : 3101410072
JURUSAN
SEJARAH
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAGIAN
PERTAMA
SEJARAH
LOKAL DAN BEBERAPA ASPEKNYA
Bagian pertama buku ini
akan menguraikan ide-ide dasar dari sejarah lokal sebagai salah satu bidang
studi sejarah. Menuntut calon guru sejarah untuk mengerti dan mengembangkan
sejarah lokal. Sejarah lokal merupakan sebuah disiplin ilmu, yang harrus
menunjau aspek-aspek metedologinya. Di lihat dari sifat pendekatan objek dan
wujud penggambaan peristiwanya, sejarah lokal juga bersifat tidak seragam.
Dalam kenyataannya sejarah lokal bervariasi dari yang bersifat tradisoinal dan
bersifat akademik, akan tetapi tergantung dari tujuan, dan latar belaknang dari
penulisan sejarah lokal itu sendiri.
Secara umum sejarah
lokal mempunyai dua aspek kesejarahan yaitu, bersisfat ‘lisan dan tulisan’.
Akan tetapi di Indonesia sendiri studi sejarah lokal tidak bisa lepas dari
seumber-seumber sejarah yang berasal dari lisan. Kenyataan ini sempat untuk
menulis dan hanya mengingat-ingatnya saja. Ini lah yang menimbulkan bidang
studi ‘sejarah lisan’ (oral story), sejarah kisan ini sangat terkait dengan
studi sejarah lokal karena banyak objek sejarah lisan terutam
peristiwa-peristiwa di suatu lingkunga terbatas atau lokal tertentu.
Perhatian sejarah pada
bagian pertama buku ini addalah, bahwa sejarah sudah dapat
terdeferensiasi. Hal-hal yang di
gambarkan dalam garis besar akan di bahas dalam bab-bab berikut ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bab I
Pendahuluan
Sejarah lokal dapat
diartikan sebagai sejarah tentang daerah tertentu, di dalam sejarah lokal
sering kita kenal dengan sebutan babad, riwayat, hikayat dan lain sebagainya
yang berisikan tentang asal usul daerah tertentu. Kebanyakan penulisan sejarah
lokal, sekedar menuliskan untuk memberikan informasi tentang asal – usul
daerahnya, yang terkadang prinsip penulisan dengan menggunakan sumber yang
sesuai sering diabaikan.
Tradisi
penulisan sejarah dengan tekanan pada daerah-daerah tertentu masih berlanjut
sampai sekarang. Tradisi penulisan tersebut disebut dengan nama karya sejarah
”amatiran” oleh kalangan sejarahwan profesional dianggap kurang bermutu dilihat
dari disiplin ilmu sejarah. Namun peranan para amaturis ini sangat besar
sekali. Didunia baratpun peranan amaturis dalam penulisan sejarah Lokal ini
sangatlah besar. Seperti dikatakan oleh P.D. Jordan : “ Berpuluh-puluh tahun
karya-karya sejarah lokal dihasilkan oleh para amaturis, para antikuarian serta
para sejarahwan hasil belajar sendiri yang dengan serampangan mencampuradukan
antara fakta dan fiksi dan fabel dengan cerita bikinan-pen “. Dari pernyataan
tersebut diibaratpun pihat amaturis ini pun dikritik namun karya-karya mereka
bukan tidak diperhatikan bahkan diusahakan untuk ditingkatkan. Ini berarti
karya-karya para amaturis ini tidak perlu dipermasahlan dan dipandang merusak
penulisan sejarah.
Para amaturis telah memberikan
sumbangsih kepada kita karena karya –karya mereka dibuat tidak monoton, mereka
banyak mengangkat unsur kedaerahan bahkan sampai kepada unsur kedaerahan yang
kuno. Di Amerika ada yang namanya” local historical society” sebuah kelompok
pecinta sejarah lokal, mereka tersebar luas di berbagai daerah di Ameriak
Serikat. Namun disini para sejarawan profesional perlu mengadakan bimbingan
terhadap para amaturis ini seperti dikatakan oleh Klark “suatu situasi
intelektual yang tidak menguntungkan sekarang ini adalah diberikannya
kesempatan bagi meluasnya suatu jurang pemisah antara apa yang disebut dengan
kolompok sejarawan Profesional dan yang amatir. Ini mestinya tidak terjadi,
meskipun mereka berbeda dalam latar belakang pendidikan ataupun minat kerja
yang menyangkut masalah search serta interpetasinya”.
Lebih
lanjutnya mengapa hal seperti diatas tidak perlu terjadi karena pada dasarnya
sejarah itu berawal dari sejarah lokal yang disini para amaturis sangatlah
berperan.
1.1 Batasan
Pengertian serta Ruang Lingkup Sejarah Lokal
Sejarah
lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang
terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup itu
biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah lokal bisa
disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang mengklaim bahwa
sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah misalnya dia tidak
setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik dengan politik.
Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih mencerminkan unit
lokalitas sebagai suatu perkembangan sejarah.banyak sekali persamaan sejarah
Lokal itu. Jordan menggariskan ruang lingkup sejarah Lokal yaitu keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa
berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan
lain-lain. Pengertian lain yang diangkat sebagai definisi Sejarah lokal
dalam buku ini yaitu studi tentang
kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar
(neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangan dalam berbagai aspek
kehidupan.
1.2 Arti Penting Kajian Sejarah Lokal.
Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya
dengan suatu hubungan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap
keberlangsungan Sejarah nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah
berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak
hanya memperkaya pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi
memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat
Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin
menyadari pula bahwa ada berbagai corak penghadapan manusia dengan
lingkungannya dan dengan sejarahnya. Selanjutnya pengenalan yang memperdalam
pula kesadaran sejarah Kita. Yaitu kita diberi kemungkinan untuk mendapatkan
makna dari berbagai peristiwa sejarah yang dilalui (Buku petunjuk Seminar
Sejarah Lokal 1982 : 1-2).
Lapian mengemukakan beberapa arti penting dari sejarah Lokal
ini diantaranya :
a)
Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang
ini, sering kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang
menyangkut sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak menggali
lebih mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Oleh
karenanya sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita.
Selain itu juga sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi
generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional.
b)
Sejarah lokal dibuat sengaja, dibuat untuk orang-orang dari
zaman kemudian dari hidup pembuatnya.
Sebagai sorotan berikutnya dari Sejarah lokal yaitu
lingkungan studi Sejarah sebagai kritik sejarah. Kritik sejarah ini biasa
dibedakan menjadi dua yaitu Kritik ekstern dan kritik Intern. Mengenai kritik
intern, secara teoritis langkah ini baru baru dilaksanakan sesudah kritik
Ekstern selesai menentukan bahwa dokumen yang kita hadapai memang dokumen yang
kita cari, yang bukan saja berarti relevan dengan topik yang sedang disusun,
tapi lebih penting lagi bahwa sumber-sumber itu adalah sumber yang autentik.
Dari sana kita bisa melihat bahwa dengan kritik sejarah jejak-jejak sejarah itu
kemudian dapat diwujudkan sebagai fakta sejarah, yaitu sesudah jejak-jejak itu
lolos dari pengujian kritis. Dengan demikin fakta Sejarah itu
sebenarnya adalah keterangan atau kesimpulan yang kita peroleh dari jejak-jejak
sejarah setelah disaring atau diuji kebenarannya melalui kritik sejarah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bab
II
Hubungan
Sejarah Lokal Dan Sejarah Nasional
1.
Dimensi
makro dan mikro dalam sejarah.
Sejarahwan perlu
menentukan pembatasan-pembatasan yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya.
Pembatasan ini antara lain bertolak dari tingkat signifikansi dari prisitiwa
dalam konteks tertentu. Dengan dasar ini sejarahwan misalnya membedakan antara
yang disebut “kejadian biasa” dan “kejadian istimewa”, atau antara “kejadian
non-historis” dan “kejadian hitoris”.
Salah satu cara yang
bisa di jadikan dasar kategori pristiwa sejarah, melihat pristiwa dalam rangka
yang di sebut sebagai “unit sejarah”. Dalam kategorisasi pristiwa seajrah
seperti ini ialah adanya kerangka yang mewujudkan kesatuan yang di dalamnya
mengandung pola-pola dari fakta yang berada dalam satu kerangka tersebut. Juga
terkandung di dalamnya aspek kesatuan temporal serta kesatuan spatsial dari
rangkaian peristiwanya.
Dalam hubungan unti
historis menyangkut periodisasi yang di dasarkan keriteria tertentu, keriteria
umumnya bersifat relatif (tergantung pada dimensi historis yang di pegang oleh
sejjarahwan). Kereelatifan bersumber pada keriteria kotinuitas dan
diskotinuitas suatu perkembangan sejarah.
Yang relatif lebih
statis adalah kategori sosio-kultural. Lingkup historis yang bersifat meluas di
sebut dimensi makro, sedangkan lingkup yang sempit dan terbatas di sebut
dimensi mikro. Melihat peristiwa sejarah dalam kesatuan makro seperti ini di
anggap menjadikan kesatuan lingkungan sejarah sebagai kesatuan studi yang leih
bermakna dan utuh.
Sebaliknya adalah,
kelompok sejarahwan praktis yang biasa melakukan kegiatan di lapangan, tanpa
terikat dengan metode spekulatif, dan yang biasa berhadapan langsung dengan
sumber sejarah yang tidak tersusun, lebih meihat kesatuan lapangan studi
sejarah yang dapat di pahami (intelligible) iut berada pada lingkungan sejarah
mikro. Lingkungan sejarah mikro ini mempunyai dinamika sejarah, yaitu padda
realits-realitas yang bersifat khusus (unik). Pikiran seperti di atas di
tegskan oleh Taufik Abdullah sebagai “ betapapun tingginya tentang ke uneiversalan
umat manusia, perhatian pada hal-hal yang partikultural, khusus, akan lebih
memperjelas sasaran ilmu sejarah, pergumulan manusia dengan realitsnya”. Dengan
pikiran terrsebut kelihatan studi sejarah mikro mempunyai dasar-dasar yang kuat
untuk di kembangkansebagai studisejarah yang otonom.
2.
Kedudukan
sejarah lokal dalam sejarah nasional.
Masalah ini bisa di
tinjau dari pernyataan jordan bahwa salah satu karteristik dari sejarah lokal
modern ialah, ( sejarah lokal semakin kurang terlokalisasikan. Sejarah lokal
bersifat melebar menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas, demikian
pula dasar-dasar acuannya. Bidang perhtiannya semakin mengarah ke lingkup
regional dan antar regional). Ini berarti sejarah lokal pada dasarnya bukanlah
studi sejarah yang terisolasi.
Tentu saja pernyataan
Jordan di atas perlu di jelaskan lebih jauh, karena kalau tidak seperti
mengingkari apa yang telah di simpulkan lebih dahulu, yaitu yang menyangkut
eksistensi sejarah lokal di samping sejarah nasional. Dengan demikian yang
kecil aka kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang besar,
dan juga sebaliknya. Pikiran yang di kemukakan oleh Jordan ini dicoba T.
Ibrahim Alfian dalam konteks masyarakat Indonesia. Dan dia mengambil kasusdari
situasi Aceh seitar 1883-1884, pada saat itu di pesisir Aceh ada kapal inggris
yang terdampa, dan semua isi kapal itu di sita oleh penguasa setempat. Ini
kemudian menimbulkan ketegangan di antara kedua belah pihak.
Apa yang aka di
kemukakan oleh Alfian dengan kasus Aceh ini dapat di simpulkan sebagai berikut
:
Pertulisan suatu
lokaliti, baik besar maupun kecil, tidak dapat di pisahkan dari faktor luar
yang mempengaruhinya, dengan perkataan lain dapat di lihat bahwa baik ’aspek
nasional’ maupun ‘internasional’ tercermin dalam dinamika lokal.
Persiriwa sejarah
lokal, sebenarnya dapat di mengerti dengan baik apabila di hubungkan dengan
dimensi sejarah nasional, sebagai contoh di bawa oleh proses westernisasi. Di
lain pihak perkembangan sejarah di tingkat nasional lebih tampak realitasnya di
tingkat lokal. Keriteria sejarah nasional dengan sejarah lokal tentu bukan
harus di artikan bahwa sejarah nasional itu semata-mata gabungan dari sejarah
tingkat lokal. Masing-masing lokalitas memiliki realitas kesejarahannya sendiri
yang hanya di mengerti dalam rangka lokalitas itu.
Menurut F.A. Soetjipto,
tingkat keterkaitan sejarah lokal delam hubungan sejarah lokal juga
berbeda-beda.
Secara lebih umum
mungkin hal ini bisa di rumuskan bahwa sejarah nasional tekanan terutama pada
gambaran yang lebih luas dan menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan
tidak memperhatikan detail-detail peristiwa lokal kecuali memang di perlukan
untuk mendukung gambaran dalam rangkaian sejarah nasional). Sedangkan dalam
sejarah lokal yang dapat perhatian utama justru peristiwa-peristiwa di
linkungan sekitar suatu lokalitas sebagai suatu kebetulan, dan menempatkan
sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di
lokalitas tersebut.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB
III
Tipe-Tipe
Sejarah lokal
Untuk mewujudkan
tipologi sejarah lokal ini, tentu saja yang menjadi masalah adalah kriteria
yang kita gunakan sebagai dasar pengelompokannya. Sebelum menjelaskan berbagai
corak sejarah lokal, barangkali ada baiknya di jelaskan lebih dahulu apa
kepentingan kita membuat ksifikasi atau pengelompokan dari tipe-tipe sejarah
lokal itu.
Untuk itu pertama-tama
harus kita sadari bahwa usaha untuk membuat tipologi sejarah lokal tidak perlu
berarti menarik gari tegas di antara berbagai kelompok yang terlibat dalam
penulisan sejarah lokal tersebut. Dengan demikian usaha untuk mengembangkan
pengertian tipologi sejarah lokal adalah dengan, menumbuhkan saling pengertian
di berbagai pihak yang terlibat dalam bidang sejarah lokal ini.
Penyusunan tipologi
sejarah yang telah di sebutkan di atas di dasarkan pada tujuan penulisan yang
berkaitan dengan latar belakang pendidikan penulis. Penyusunan di Indonesia sendiri di bedakan
menjadi 5 jenis penulisan sejarah lokal :
1. Sejarah
lokal tradisional;
2. Sejarah
lokal diletantis;
3. Sejarah
lokal edukatif inspiratif;
4. Sejarah
lokal kolonial;
5. Dan
sejarah lokal kritis analitis.
1.
Sejarah
lokal tradisional.
Sejarah lokal
tradisional adalah hasil penyusunan sejarah dari berbagai kelompok etnik dari
seluruh Indonesia yang sudah bersifat tertulis. Sejarah lokal tradisional boleh
di katakan merupakan tipe sejarah lokal yang baru pertama kali muncul di
Indonesia. Sifat uraian kitab-kitab tradisional di Indonesia bisa di bandingkan
dengan kitb modern karena yang di pentingkan adalah tujuan untuk mengabdikan
pengalaman kelompok masyarakat tersebut sesuai dengan alam pikiran masyarakat
tersebut.
Penyusun sejarah lokal
tradisional ini diduga adalah tokoh-tokoh intektual tradisional yang tidak bisa
dibangdingkan dengan sejarahwan profesional, karena latar belakang pendidikan
yang khusus. Di lain pihak bagi sejarahwan lokal modern sejarah lokal
tradisional mempunyai nilai tersendiri bagi sumber sejarah.
2.
Sejarh
lokal diletantis.
Kateristik yang
menonjol dari tipe sejarah ini adalah tujuan penyusunan umumnya terutam untuk
memenuhi rasa estetis individual melalui lukisan peristiwa masa lampau, maka
sejarah lokal dilentatis ini lebih bersifat memenuhi tuntutan ke ingintahuan
pribadi. Kalangan yang mengembangkan diri sebagai sejarahwan dikentatis adalah
mereka yang terdidik baik tradisional maupun modern di lingkungan
masyarakatnya, karena itu mempunyai pandangan yang luas dan mampu membaca
sumber-sumber sejarah terutama berupa dokumen, dan melukiskan lukisan sejarah
dengan baik. Hanya saja mereka ini umumnya tidak dapat pendidikan khusus kesejarahan.
Akan tetapi gambaran
sejarah lokal yang di hasilkan biasanya bersifat naratif kronologis dengan
sedikit bumbu emosional yang mencerminkan patriotisme lokal. Di Amerika tipe
ini sangat berkembang, akan tetapi sangat di sayangkan di Indonesia tipe ini
sangat jarang sehingga para sejarahwan dilentatis ini biasanya begerak secara
pribadi. Dengan kata lain sejarahwan lokal dilentatis ini sedikit banyak
berperan membantu sejarahwan profesional dalamusaha yang belakangan ini untuk
membuat analisis lebih lanjut dari sejarah lokal yang sedang mereka susun.
3.
Sejarah
lokal edukatif inspiratif.
Pengertian sebelumnya
menyinggung sejarahwan lokal dilentatis bagi usaha menumbuhkan kesadaran
sejarah di masyarakat lingkungannya. Tipe dilentatis sudah mencerminkan sedikit
tipe sejarah lokal sdukatif inspiratif, akan tetapi kurang tepat
diklasifikasikan sebagai sejarah lokal edukatif inspiratif.
Dengan demikian yang
dimaksud sejarah lokal edukatif inspiratif adalah, jenis sejarah yang memang di
susun dalam rangka mengembangkan kecintaan sejarah, terutama pada sejarah
lingkungan.
Penjelasan sejarah lokal di atas tercermin
pada kata edukatif dan inspiratif, yang merupakan aspek penting mempelajari
aspek sejarah. Yang dimaksud edukatif dari sejarah berarti menyadari makna
sejarah sebagai gambaran peristiwa masa lampau yang penuh arti. Yang berarti
nilai-nilai sejarah berupa ide maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber
motivasi bagi pemecahan masalah masa kini dan merealisasikan masa depan (widja
1988:49).
4.
Sejarah
lokal kolonial.
Sejarah lokal kolonial
ini mempunyai kategori yang khas pada tipologi sejarh lokal. Kerateristik yang
pertama adalah sebagian besar dari penyusunannya oleh para pejabat atau
kolonial seperti Residen, Asusten Residen, Kontrolir, atau oleh pejabat pribumi
tapi atas dorongan pejabat kolonial Belanda.
Kedua adalah sebagian
besar tulisan ini berupa laporan dari pejabat-pejabat kolonial di
daerah-daerah, laporan itu bisa berupa memori serah jabatan, atau laporan
khusus kepada pemerintah pusat tentang perkembangan yang terjadi.
Sejarah lokal jenis ini
memang merupakan hasil studi yang dalam dan bersifat akademis. Dan bersifat
sebagau arsip laporan. Dan tulisannya banyak yang sangat menarik. Pada umumnya
adda usaha untuk mengemukakan data yang cermat, meskipun dengan sendirinya ada
unsur subyektif atas dasar kepentingan kolonial yang mendaasari brbagai macam
tulisan itu. Terlepas adanya unsur subyektif semacam itu, secara khusus bisa di
kemukakan beberapa unsur uraian yang cukup berbobot.
5.
Sejarah
lokal kritis analitis.
Sifat uraian tipe ini
telah menggunakan pendekatan metodologis sejarah yang bersifat ketat. Mulai
dari pemilihan objek sejarah sampai konsep dan susunan penulisan laporan. Yang
mudah dikenali ialah bahwa pelaksanaan penelitian ini umumnya di tangani oleh
sejarahwan profesional. Profesional disini buka saja di liahat dari latar
belakang pendidikan, tetapi juga dari keterampilan di lapangannya.
Taufik Abdullah
membedakan empat corak pennulisan pada tipe ini karena, di lihat dari fokus
serta metodologinya.
·
Corak yang pertama di
sebut sebagai, “studi yang di fokuskan pada suatu peristiwa tertentu ( studi
peristiwa khusus atau disebut ‘evenemental l’evenemental’), seperti contoh
tentang pemberontakan petani di Banten, karya Sartoono Kartodirdjo,
·
Corak ke-dua dari tipe
ini adalah, “studi yang lebih menekankan pada sturktur” sebagai contoh
suatu kota kecil di jawa Timur karya
Clifford Geertz.
·
Corak ketiga adalah
“studi yang mengambil perkembangan tertentu dalam kurun waktu tertentu (studi
tematis) dari masa ke masa”. di sini ditekankan pada pembahasan suatu aspek dan
prroses sosial tertentu yang kemudian dicarikan penjelasan dan kaitannya pada
sturktur yang lebih luas yang di anggap sebagai pangkal bagi aspek serta proses
sosial yang teliti. Seperti contoh : studi Mitzue Nakamura tentang sejarah
sosial kota Gede di Yogyakarta.
·
Dan corak ke-empat
tipologi dari Abdullah adalah, “studi sejarah umum, yang menguraikan
perkembangan daerah tertentu ( provinsi, kota, kabupaten) dari masa ke masa”.
sifat populer dari sejarah lokal jenis ini ialah ditunjukan dengan corak urian
yang kronoligis. Maka studi sejarah lokal jenis ini memang lebih cocok di
masukan dalam kategori edukatif inspratif.
Demikianlah beberapa
tipe sajrah lokal yang berkembang di Indonesia. Dan harus di sadari, dari semua
jenis tipologi di buku ini hanyalah sekedar usaha untuk membrikan gambaran
kategori umum dari seluruh kegiatan sejarah lokal di Indonesia. Hal lain yang
harus di sadari pula dalam hubungan dengan tipologi yang di kemukakan tersebut
tidak ada maksud untuk perumusan klasifikasi untuk menyatakan bahwa lima tipe
sejarah lokal itu menggambarkan sepenuhnya tahap-tahap perkembangan sejarah
lokal di Indonesia.
Maka tujuan utama dari
usaha membuat tipologi sejarah lokal ialah untuk menunjukan posisi dari
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan sejarah lokal.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB IV
SEJARAH LOKAL DAN TRADISI LISAN
Tradisi lisan yang
meliputi dongeng, legenda dan mitos ini merupakan suatu kepentingan untuk
menjelaskan atau memahami lingkungan sekitar, dan sekaligus sebagai usaha untuk
memberi pegangan pada masyarakat terutama pada generasi berikutnya. Kemudian
tradisi lisan ini dibagi menjadi beberapa katakteristik seperti:
1. Cerita
Sejarah sebagai Bagian Kebudayaan Suatu Masyarakat
Tradisi penyusunan sejarah tidak bisa dilepaskan
dari budaya suatu masyarakat. Menurut Sartono Kartodirjo, penulisan sejarah
sebagai salah satu bentuk perwujudan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan kultur karena itu senantiasanhidup dan bergerak. Sebagai suatu aspek
budaya untuk menjelaskan atau memahami lingkungan sekitar itu adalah sekaligus
sebagai usaha untuk memberi pegangan pada masyarakat terutama generasi
berikutnya, maka disini tradsi lisan berfungsi sebagai alat “ mnemonik”, yaitu
usaha untuk merekam, menyususn dan menyimpan pengetahuan demi pegajaran dan
pewarisnya dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
2. Tradisi
Lisan dan Beberapa Aspeknya.
Tradisi
lisan (oral traditian), yaitu berkaitan dengan usaha mengabadikan
pengalaman-pengalaman kelompok di masa lampau melalui ceritera yang diteruskan
secara turn temurun dari generasi kegenerasi. Unsur yang terpenting dalam
sejarah lisan, menurut Vansina adalah pesan-pesan verbal yang berupa
pernyataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang
hidup sebelum gnerasi yang sekarang ini. Hubungan tradisi lisan adalah:
1. Menyangkut
pesen-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang di ucapkan,
dinyanyikan atau disampaikan lewat musik.
2. Taridisi
lisan berasal dari generasi sbelum generasi sekarang, palinh sedikit generasi
sebelumnya.
3. Peranan
Tradisi Lisan dalam Penulisan Sejarah Lokal.
Menghubungkan
tradisi lisan dengan sejarah mempunyai ketrbatasan-keterbatasan, yang antara
lain bersifat anakronisme dari urutan peristiwa, yaitu tidak diperhatiakan
urutan-urutan waktu terjadi peristiwa secara benar. Waktu hahekatnya hanya
untuk menunjukan pergseran atau peralihan dari satu posisi ke posisi yang lain
dalam rangka klasifikasi kosmis. Maka dari itu konsep waktu yang mereka miliki
umumnya yang bersifat siklus.
Yang
menjadi masalah dalam tradisi lisan ialah penerapan konsep kualitas dalam
uraian ceriteranya. Beberapa hal positif yang dimiliki tradisi lisan sebagai
sumber sejarah. bahwa tradisi lisan sebenarnya memuat informasi yang sangat
luas tentang kehidupan suatu komonits dengan berbagai aspeknya.
Dibandingkan
dengan ttadisi lisan, sumber sejarah tertulis tadisional ini memang lebih
menguntungkan bagi sejarahwan lokal yang menggunakannya, karena uraiannya dalam
bentuk tulisan ,jadi langsung bisa dibaca naskahnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bab V
Sejarah Lokal dan
Hitoriografi Tradisional
Seperti halnya tradisi
lisan ,tradisi tulis dalam sejarah juga sebagai sumber utama dari banyak studi
sejsrah lokal, namun tradisi tulis ini umumnya berbentuk karya sastra (prosa
mauon puisi), dan dalam bahasa daerah di Indonesia. Di kalangan sejarahwan ini
di klasifikasikan sebagai suatu bentuk historiografi yang bersifat tradisional
dengan ciri-ciri yang khas.
Dari beberapa studi
para ahli mengatakan, bahwa sangat banyak karya sastra di bangsa ini, akan
tetapi kebanyakan tersimpan di negara lain. Dari naskah-naskah Melayu saja
(belum termasuk dalam bahasa daerah yang lain), ada tersimpan di 26 negara,
seperti Afrka Selatan, Amerika Serikat, Austria, Inggris, Irlandia, Italia,
Jerman Barat, Jerman timur, Malaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Perancis,
Rusia, Singapore, Spanyol, SriLangka, Swedia, Swis, dan Thailand.
Karatersitik dari
historiografi tradisional sebagai sumber sejarah :
1. Beberapa
karateristik historiografi tradisional.
Pikiran bahwa sumber
sejarah yang berupa tradisi sejarah tradisional sult atau bahkan tidak mungkin
di gunakan dalam penyusunan sejarah modern. Karena adanya dua perbedaan,
misalnya sejarah modern berupa fakta (factual), sedangkan sumber sejarah
tradisional cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena pengaruh sistem
kepercayaan dan pola pikir masyarakat.
Sebagai konsekuesinya
bisa terjadi dikembangkannya cara-cara penafsiran sejarah yang berat sebelah
dengan kesimpulan-kesimpulan yang ekstrim. Memang harus diakui bahwa masyarakat
tradisional mempunyai cara-cara khusus dalam memandang peristiwa khusus di
lingkungannya sesuai dengan sosio-budaya jamannya.
Menurut C.C Berg, karya sejarah
tradisional mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu :
a. Adanya
kepercayaan kekuatan sakti, yang menjadi pangkal dari berbagai persitiwa alam,
termasuk yang menyangkut kehidupan manusia.
b. Adanya
kepercayaan akan klasifikasi magis yang memepengaruhi keadaan alam ini, baik
itu makhluk hidup maupun benda-benda mati.
c. Tercermin
pada karya-karya trdisional, seperti kepercayaan tentang [ebuatan magis atau
sihir yang di lakukan oleh tokoh-tokoh tertentu.
2. Peranan
hitoriografi tradisional dalam penyusunan sejarah lokal.
Permasalahan seberapa
jauh karya tulis tradisonal itu emngandng sumber sejarah, sudah lama menjadi
perdebatan di kalangan para ahli yang mengadakn studi tentang naskah-naskah
semacam ini. Menurut H.A. Brandes, naskah ini cenderung di campur adukan dengan
cerita fiksi di dalamnya. Dan Hoesein Djajaningrat menyimpulkan bahwa naskah-naskah
seperti babad sebenarnya sedikit banyak menguraikan sejarah yang lalu mengalami
proses penulisan kembali yang berdasarkan rumus-rumus tertentu (Ras 1987:345).
Ada beberapa sumber
dari perdebatan ini :
Pertama, masalahnya terletak pada
anggaran dasar, bahwa apa yang di bicarakan tentang sejarah harus berdasarkan
fakta, dalam pengertian seperti yang di tunjukan oleh seumber yang berasal dari
historiografi Barat yang di anggap modern dan rasional. Sedangka di Asia
penulisan itu dilihat sebagai mite atau lagende.
Kedua, adanya kesalahpahaman di kalangan
para ahli tentang metodologi sejarah kalau di kaitkan karya-karya tulis abad
ini. Karena para ahli sastra beranggapan bahwa para ahli sejarah semestinya
menggunakan dokumen yang memang di maksudkan untuk mencatat peristiwa masa
lampau.
Ketiga, kekurang pahaman para ahli
sastra terhadap sumber-sumber sejarah barat, serta metode kritik yang digunakan
para sejarahwan. Atas dasar ini para ahli sastra sering mengambil kesimpulan,
bahwa apabila berhadapan dengan sumber sejarah barat langsung bisa di gunakan
sedangkan apabila berhadapan dengan sumber lokal harus melalui keritik yang
sangat ketat. (M.C. Ricklefs, dalam
Alfian dkk. (ed.), 1987).
Jadi
pada dasarnya Ricklef beranggapan bahwa dokumen pribumi memerlukan analisis
kritismyang sama saja dengan dokumen barat. Pendekatan ini pada hakekatnya
sejalan dengan pandangan beberapa sarjana Indonesia.
Dan
dapat di simpulkan bahwa sifat dari uraian babad dan sikap yang sebaiknya di
amil oleh para peneliti yang mau memanfaatkannya sbagai sumber sejarah. Karena
ini menyangkut pengetahuan tentang latar belakang budaya serta bahasa yang di
gunakan dalam babad.
Bab VI
Sejarah Lokal dan
Beberapa Subdisiplin Sejarah
Penulisan sejarah di
Indonesia, yang sebenarnya dimulai dari historiografi tradisional dengan semua
ciri-cirinya yang khusus kini telah cukup berkembang, baik kuantitatif maupun
kualitatif. Bukan saja masyarakat yang terlibat, akan tetapi banyak juga dari
lemaba-lembaga yang terlibat untuk pengembangan studi sejarah, dan juga
terlihat usaha meningkatkan kualitas sejarah tersebut ( Abdullah dan
Soerjomiharjo 1985 : 45 ).
J.D. Legge mengemukakan
dua kecenderungan utama yang mempengaruhi perkembangan tersebut :
Pertama, pertama di hubungkan dengan
karateristik dari studi bangsa Barat dengan Asia terutama setelah perang dunia
II (sesudah timbulnya kekuasaan-kekuasaan baru di daerah pasifik barat). Para
sarjana yang terlibat pada umumnya terdiri dari berbagai ilmu sosial dengan
mengembangkan konsep yang mereka memadai untuk studi mereka. Kebanyakan dari
mereka menolak pengembangan klasik yang di lakukan para sarjana orientalis
sebelumnya.
Tokoh
ahli sejarah yang menekankan pendekatan interdisipliner ini di anggap oleh
Legge sebagai pelopor ke pendakatan baru yaitu, Harry J. Benda, W.F Werthim,
J.H Romein, dan dari Indonesia Ssartomo Kartodidjo. Berkembangnya cara-cara
pendekatan baru sejak 1950-1960an itu telah mendorong studi sejarah Indonesia,
bukan saja ke arah sifat kritis analitisnya, tapi juga pegeseran tema baru dalam
objek studinya. Perkembangan menarik terutama dalam sejarah lokal.
Dari
keseluruhan materi yang telah dibahas maka topik-topik kajian khusus yang di
kembangkan jelas menjukan kajian khusus dari beberapa aspek kehidupan sosial
masyarakat seperti :
1. Stratifikasi
sosial dan kepemimpinan lokal;
2. Dinamika
masyarakat pedesaan;
3. Pendidikan
sebagai faktor dinamisasi sosial;
4. Komunikasi
antar daerah, antara suku bangsa dan pembaruan;
5. Sastra
dan sejarah lokal untuk mendapatkan kejelasan ddari dimensi-dimensi yang diharapkan.
Ø Sejarah
Sosial dan Sejarah Lokal
Menurut
Ong Hok Ham, sejarah lokal lebih menekankan perbandingan dengan ilmu sosial,
hal ini lebih menekankan pada usaha dari sejarah sosial dengan apa yang disebut
realitas sosial yang digambarkan sebagai ikatan-akatan hidup,
komunitas-komunitas atau kelompok-kelompokmasyarakat yang ada, lembaga-lembaga,
lingkungan, angka-angka lahir dan mati, harga-harga, faktor-faktor produksi,
didistribusikannya produksi ini oleh oleh siapa dan pada siapa. Secara lebih
sedarhana J.J Hecht merumuskan sejarah sosial sebagai studi tentng struktur dan
proses tindakan serta tindakan timbal balik manusia sebagaimana telah terjadi
dalam konteks sosial-kultural dalam masa lampau tang tercatat.
Penjelasan
dari Taufik Abdullah, bahwa sejarah sosial sangat sesuai dengan kajian sejarah
lokal. Karena berkaitan dengan jelsa batas waktu dan daerah sasaran penelitian
maka makin baik sejarah sosial itu bisa dilaksanakan. Dengan kata lain, bahwa
sejarah lokal memang memberi kesempatan untk mendekatkan sejarahwan dengan
realitas ssosial yang menjadi perhatian utama studi sejarah sosial.
Ø Sejarah
Pedesaan dan Sejarah Lokal
Sartono
Kartodirjo mengemukakan bahwa sejarah pedesaan ialah merupakan bagian dari
sejarah sosial, karena masalah pedesaan hakekatnya satu aspek saja dari
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Kuntiwijoyo memberi batasan pengertian
sejarah pedesaan sebagai sejarah yang secara khusus meeliti tentang desa atau
pedesaan, masyarakat petani dan ekonomi pertanian.
Kuntowijoyo
mengemukkan adanya 5 permasalahan masyarakat pedesaan yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Masalah
lingkungan ekologis desa serta segala unsur-unsur prasarana desa
2. Yang
menyakut satuan sosial seperti keluarga, kelas sosial, kelompok agama dan
budaya, dan kelompok etnik
3. Yang
menjadi bidang kajian sejarah pedesaan adalah organisasi-organisasi sosial
4. Hubungan
sosial di lingkungan masyarakat desa yang menyangkut masalah stratifikasi,
integrasi, konflik, mobilitas sosial, migarasi dan hubungan desa-kota
5. Masalah
psikis kultural yang menyangkut adaptasi kultural yang dilaksanakan oleh para
penduduk desa yang diakibatkan oelh pengaruh dari luar, karena terjadinya
perubahan-perubahan berhubung masuknya unsur-unsur modern ke pedesaan
Ø Sejarah
Kota dan Sejarah Lokal.
Disamping
menyangkut sejarah aspek-aspek studi sejarah sosial, sejarah kota juga
menyangkut sejarah politik, sejarah ekonomi, demografi ( Kuntowijoyo 1982 : 4).
Faktor-faktor yang muncul suatu kota bisa dikembalikan pada
kemungkinan-kemungkinan faktor sosial-kultural, faktor perdagangan, faktor
jaringan komunokasi, faktor perkembangan pendidikan atau kombinasi dari
berbagai faktor selain itu juga masalah urbanisasi. Sejarah kota mengarah pda
studi tentang perkembangan kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan suatu kota
tertentu dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat kota. Kecenderungan lingkup
kajian sejarah kota yang mengarah pada pembatasan lingkup spatial temporal
mentebabkan sejarah kota sangat berkaitan dengan sejarah lokal. Penyusunan
sejarah suatu kota lebih bersifat sejarah konvensional baik dari segi isinya
maupun cara pendekatan uraiannya yang bersifat deskriprif naratif.
Ø Sejarah
Ekonomi dan Sejarah Lokal.
Pada
dasarnya sejarah ekonomi mempelajari masalah perkembangan ekonomi yang
mencangkup pertumbuhan, kemandegan atau kemunduran kehidupan ekonomi suatu
masyarakat. Dari sejarah ekonomi adalah dampak perkembangan ekonomi bagi
tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan distribusi
pendapatan masyarakat. Sejarah ekonomi lebih khusus pada bidang hukum-hukum
ekonomi yang khusus dan yang menjadi dasar kekhasan sejarah ekonomi bila
dibandingkan dengan sejarah pada umumnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAGIAN
KEDUA
SEJARAH
LOKAL DAN PENGAJARAN SEJARAH
Pengajaran sejarah
dianggap memepunyai kelemahan-kelemahan seperti, sangat didominasi oleh
pengajaran hafalan terlalu banyak menekank menulis dan bicara. Sejarah dianggap
tidak relevan, sulit memisahkan antara fakta dan fiksi atau realitas dengan
mitos, pengajaran sejarah kurang menekankan pengembangan konsep serta struktur peristiwa
(Parington 1980:16-30).
Suatu unsur yang
pendukung bagi uasaha pengembangan wawasan baru dalam pengajaran sejarah ialah
dikembangkannya suplemen kurikulum yang dikenal dengn sebutn kurikulummuatan
lokal. Kurikulum ini diartikan sebagai “ program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkunan alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di
daerah itu.
BAB
VII
ILMU
SEJARAH DAN PENGAJARAN SEJARAH
Bicara tentang sejarah
yakni perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan di masa lampau dengan
berbagai aspeknya. Pengajaran sejarah ialah membawa serangkaian perkembangan
peristiwa kehidupan manusia kedalam kelas untuk diinformasikan kepada siswa.
7.1.
Sifat-sifat Studi Sejarah
Peristiwa-peristiwa
yang mempunyai arti istimewa (significant), yakni ikut menentukan jalannya
suatu peristiwa sejarah yang juga menjadi perhatian dari para sejarawan.
Keterbatasan kemampuan kita dalam mengamati secara langsung peristiwa-peristiwa
tersebut dapat kita ketahui masa lampau tersebut dengan bantuan jejak – jejak
yang ditinggalkan yang biasa disebut sebagai sumber sejarah. Dengan demikian
kenyataan tentang masa lampau inilah yang akan dibawa guru kedalam kelas untuk
disampaikan kepada peserta didik. Burston membedakan antara cara memandang masa
lampau secara praktis dan historis. Makna edukatif dari sejarah itu, yaitu
usaha memproyeksikan masa lampau itu ke masa kini, sebab dalam kemasakinianlah
masa lampau itu bisa menjadi masa lampau yang bermakna. Salah satu sifat studi
sejarah ialah sifat unik,karena dari peristiwa sejarah hanya terjadi sekali dan
tidak bisa diulangi lagi.
7.2.
Mengapa Perlu Mengajarkan Sejarah?
Kita melupakan bahwa
sejarah adalah modal dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan
salah satu modal utama dalam membangun bangsa, masa kini maupun diwaktu yang
akan datang. Pengertian pendidikan ada dua unsur pokok,yakni proses sosialisasi dan enkulturasi. Ini
berupa proses pewarisan dan penurunan nilai – nilai sosial kultural pada
individu sebagai anggota-anggota atau kelompok. Dengan demikian maka itu bisa
menjadi bekal kita di masa depan atau yang akan datang. Proses tersebut
diharapkan akan mengembangkan manusia yang berkepribadian yang sadar akan
kewajibannya untuk mengembangkan diri maupun bangsanya ataupun lingkungannya
agar terbinanya hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha
Esa. Semakin kita menyadari tentang pentingnya dari nilai sejarah, semakin kita
memiliki kekuatan untuk menumbuhkan sifat, watak serta kemampuan yang
diinginkan dari generasi baru.
7.3. Masalah
Pembaharuan Pengajaran Sejarah.
Pembaharuan suatu
pengajaran sejarah tentu bukanlah sekedar mengganti strategi serta metode
mengajarnya. Pembaharuan bukan sekedar memberikan lebih banyak waktu, namun
kelengkapan media pengajaran sejarah juga harus diamati. Yang perlu disadari
pertama kali ialah bahwa sejarah berkaitan dengan pendidikan. Hendaknya
benar-benar disadari dan ditekankan perbedaan antara pengertian menghayati atau
menghargai nilai-nilai masa lalu dengan sasaran proses pendidikan yang jelas
harus berorientasi ke masa yang akan datang. Usaha pembaharuan pengajaran
sejarah hendaknya benar-benar bertolak dari usaha pencaharian alternatif bagi
usaha menjadikan pelajaran sejarah mampu memberikan pada murid pegangan bagi
penemuan pilihan-pilihan terbaik bagi dirinya, bangsanya di waktu yang akan
datang. Pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dikembangkan dan akhirnya
memiliki sifat merangsang,menantang,mengesankan sera menggairahkan murid.
Menurut conny
semiawan,dkk. Pertama, yakni motivasi pembangkitan daya. Kedua, prinsip latar
atau konteks yakni menggunakan pengetahuan atau pengalaman lingkungan dalam
pelajaran barunya. Ketiga, prinsip keterarahan pada titik pusat dengan merumuskan batasan-batasan masalah yang akan
dipecahkan. Keempat, sosialisasi yang menekankan kerjasama antar rekannya dalam
kegiatan penemuan. Kelima, prinsip belajar sambil menekankan aktivitas
intelektual dan fisik terhadap penghargaan arti kerja. Keenam, prinsip
perbedaan yakni guru memperhatikan perbedaan masing-masing anak. Ketujuh,
prinsip menemukan yakni anak tidak hanya menerima informasi akan tetapi mereka
didorong untuk mencari dan menemukan sendiri informasi serta konsep tersebut.
Kedelapan, prinsip pemecahan masalah yakni kepekaan anak akan memecahkan
masalah – masalah itu.
Usaha mencari
alternative-alternatif dalam pembaharuan pengajaran sejarah. Prinsip dasar: (1)
perlu menekankan sasaran proses belajar yang berorietasi ke arah tujuan masa
depan dalam mempelajari masa lampau, (2) pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar sejarah, (3) mengembangkan suasana belajar dan lebih
banyak melibatkan murid.
7.4
Pendekatan Baru dalam Pengajaran Sejarah
Usaha mengaktifkan
murid melalui keterampilan proses, misalnya hendaknya tidak akhirnya mengarah
pada kegiatan menjadikan proses itu semata- semata menjadi tujuan, karena
bagaimanapun juga proses itu hanyalah alat atau suasana belajar menuju sasaran
yang telah ditentukan dalam kurikulum. menurut partington aialah bahwa kita
perlu terlebih dulu memegang dengan kokoh apa sasaran utama dari pembaharuan
pengajaran sejarah itu. Atas dasar sasaran utama itu kemudian dicoba
dikembangkan pendekatan dalam proses belajar mengajarnya yang akan menunjang
pencapaian sasaran tadi. Dalam pasal 7.3 tadi juga sudah ditegaskan bahwa
kelihatannya sasaran pengajaran sejarah yang perlu diluruskan ialah bahwa
pengajaran sejarah itu hanyalah menuju pada penguasaan fakta-fakta sejarah
belaka. Disamping itu kiranya perlu diluruskan pula adanya anggapan bahwa
melalui pengajaran sejarah guru berusaha memacu orientasi murid pada peristiwa
masa lampau. Pada hal yang perlu diusahakan oleh guru melalui pengajaran
sejarah ialah agar siswa secara dinamis mengamati pengalaman masa lampau dari
generasi terdahulu, menemukan konsep – konsep atau ide- ide dasar dalam
peristiwa masa lampau yang akhirnya diharapkan bisa membekali dirinya dalam
menilai perkembangan masa kini dan di waktu yang akan datang. Semuanya
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar yang lebih kondusif agar menjadikan
mereka lebih aktif kreatif dalam menemukan ide – ide dasar dari peristiwa masa
lampau itu.
Ian steele menjelaskan
pendekatan baru dalam pengajaran sejarah yakni suatu kecenderungan baru dalam
pengajaran sejarah, yaitu membawa siswa untuk melakukan kegiatan yang
menyerupai gaya seorang sejarawan profesional yang ditekankan dalam kegiatan
sejarah lokal sebagai suatu pendekatan khusus yang dimasukkan dalam kurikulum
sekolah. Satu perspektif dalam pembaharuan pengajaran sejarah ialah
pengembangan pengajaran sejarah dengan memanfaatkan studi sejarah lokal.
BAB
VIII
SEJARAH
LOKAL SEBAGAI SUATU PERPEKTIF DALAM PENGAJARAN SEJARAH
Pengkajian sejarah
lokal di sekolah adalah berupa kegiatan dalamrang kapencapaian pengetahuan
tetatang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi dalam pengetahuan
sejarah dari suatu lokalitas tertentu. Sejarah pegajaran lokal, memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pengajaran sejarah lokal adalah
kemampuanya dalam membawa murid pada situasi riil di lingkunganya, selain itu
lebih mudah membawa murid memproyeksi pengalaman masa lampau masyarakat dengan
situasi masa kini, sejarah lokal juga sanga tmendukung pengembangan kurikulum
muatan lokal di sekolah. Sedangkan kelemahan dari pengajaran sejarah lokal
adalah menghadapkan murid maupun guru pada kenyataan yang berhubungan pada
sumber sejarah, Selain itu kesulitan lainya adalah memadukan tuntutan
pengajaran sejarah lokal dengan tuntutan penyelesaian target materi yang telah
tertulis dalam kurikulum.
Menurut Douch
mengaplikasikan sejarah lokal dalam 3 bentuk dalam pengajaran, yaitu yang
dilakukan guru hanyalah untuk memberi ilustrasi yang lebih hidup dari uraian
sejarah nasional dengan sejarah dunia yang sedang di ajarkan, selain itu
pengajaran sejarah juga memberikan bentuk penjelajahan lingkungan.
Pengorganisasian sejarah lokal di bagi menjadi 3 aspek, yang pertama adalah
menyangkut persiapan kegiatan sejarah yang bersifat komplementer terhadap
pelajaran sejarah di kelas. Sejarah lokal mengambil banyak waktu, peranan dan
kreativitas guru dan murid sangat di tekankan. Sedangkan sejarah local dalam
keluarga juga peting untuk dipelajari, fungsinya adalah sebagai suatu lembaga
dalam masyarakat, pola interaksi dalam satu hubungan dalam satu keluarga.
Berkaitan dengan aspek keluarga bagaimana mereka membentuk tempat tinggal
mereka, baik dalam satu lingkungan RT, RW atau dalam satu dusun atau desa atau
mungkin dalam satu kota kecil. Perkembangan atau perubahan yang di alami dalam
suatu masyarakat itu bisa di amati antara lain melalui pranata sosial yang di
miliki seperti keluarga dengan segala aspeknya, sistem pemerintahan system
pendidikan, perkumpulan tradisional, serta lembaga kegotong royongan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB
IX
PENUTUP
Dalam pengajaran
sejarah lokal yang di terapkan di sekolah, hambatan yang di miliki oleh murid
adalah dalam menangkap konsep waktu. Sementara penelitian yang di lakukan juga
masih sangat terbatas jumlahnya. Untuk itu sebagai seorang guru, tugas utama
yang harus di lakukan adalah menemukan cara menyambungkan celah antara dunia
anak dengan dunia orang dewasa yang telah di gambarkan dalamsejarah.
1 komentar:
Thanks aplotan resumenya. Berguna untuk adik saya.
Post a Comment and Don't Spam!